Gultik, Kuliner Jalanan yang Tetap Eksis di Tengah Jakarta Modern

 

Gultik, Kuliner Jalanan yang Tetap Eksis di Tengah Jakarta Modern

Nyicip.id - Siapa sih yang nggak kenal Gultik? Buat yang belum familiar, Gultik adalah singkatan dari "Gulai Tikungan," sebuah ikon kuliner jalanan di Jakarta yang sudah ada sejak lama. Saya masih ingat pertama kali mencobanya saat baru saja pindah ke Jakarta untuk kerja. Malam itu, saya tersesat di kawasan Blok M, dan bau harum gulai yang khas itu seperti magnet yang menarik saya ke sebuah tikungan ramai dengan pengunjung.

Apa Itu Gultik?

Untuk kamu yang penasaran apa itu Gultik, ini adalah gulai sapi sederhana yang disajikan dengan nasi putih dalam porsi kecil. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang sejarah dan keunikan Gultik. Biasanya, gulai ini ditambahkan bawang goreng, kerupuk, dan sambal untuk menciptakan rasa yang luar biasa. Rasanya? Jangan ditanya, gurih, pedas, dan kaya rempah. Dan yang bikin spesial, harganya ramah kantong!

Pengalaman Pertama Menikmati Gultik

Saya akui, saat pertama kali mencobanya, ekspektasi saya nggak tinggi. "Ah, gulai biasa, paling sama aja kayak gulai di rumah makan Padang," pikir saya. Tapi ternyata, rasanya punya ciri khas tersendiri. Bumbunya lebih ringan, tapi tetap gurih, dan potongan daging sapinya empuk. Ditambah suasana makan di pinggir jalan dengan lampu jalanan yang temaram, ada sensasi unik yang nggak bakal kamu dapatkan di restoran mahal.

Oh ya, jangan kaget kalau kamu harus berbagi meja dengan orang lain. Itu bagian dari pengalaman makan Gultik. Satu kali, saya bahkan sempat berbincang dengan turis asal Jepang yang penasaran dengan Gultik karena membaca ulasan di internet. Lucu ya, makanan sederhana ini ternyata punya daya tarik internasional!

Kenapa Gultik Tetap Eksis?

Di tengah menjamurnya restoran modern dan makanan kekinian, Gultik tetap eksis. Apa rahasianya? Pertama, lokasi strategis. Pedagang Gultik selalu ada di sekitar Blok M, kawasan yang nggak pernah sepi. Kedua, harganya yang murah bikin makanan ini jadi pilihan semua kalangan, dari mahasiswa hingga pekerja kantoran. Ketiga, rasanya konsisten. Kamu bisa makan Gultik kapan saja—pagi, siang, atau malam, dan rasanya tetap sama enaknya.

Ada juga faktor nostalgia. Banyak orang yang mengenang Gultik sebagai bagian dari masa muda mereka. Saya sering dengar cerita teman-teman yang dulu makan Gultik sepulang sekolah atau saat nongkrong bareng teman-teman. Mungkin itu salah satu alasan kenapa Gultik begitu melekat di hati banyak orang.

Tips Menikmati Gultik

Kalau kamu baru pertama kali mencoba Gultik, ada beberapa tips yang mungkin berguna. Pertama, datanglah dengan perut kosong. Porsi Gultik memang kecil, tapi percaya deh, kamu pasti ingin nambah! Kedua, pesan minuman dingin seperti teh botol atau es jeruk untuk menetralisir rasa gurih dari gulai. Ketiga, jangan lupa bawa uang tunai. Meski sekarang sudah banyak pedagang yang menerima pembayaran digital, uang tunai tetap jadi pilihan aman.

Terakhir, nikmati suasananya. Makan Gultik bukan cuma soal makanan, tapi juga soal merasakan atmosfer Jakarta yang dinamis. Duduk di bangku plastik kecil, mendengar obrolan orang-orang di sekitar, dan melihat kesibukan jalanan adalah bagian dari pengalaman itu sendiri.

Gultik bukan sekadar kuliner jalanan. Ini adalah bagian dari identitas Jakarta, simbol bagaimana makanan sederhana bisa menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang. Jadi, kalau kamu sedang di Jakarta dan belum pernah mencoba Gultik, saya sarankan untuk segera mencarinya. Nggak hanya untuk mengisi perut, tapi juga untuk merasakan salah satu sisi paling autentik dari kota ini.

Jadi, kapan terakhir kali kamu makan Gultik? Atau, kalau belum pernah, kapan mau coba?

Posting Komentar

0 Komentar